Jumat, 27 November 2009

DONGENG 2 ( ANAK KATAK YANG SOMBONG

Anak Katak yang Sombong dan Anak Lembu
Di tengah padang rumput yang sangat luas, terdapat sebuah kolam yang dihuni oleh berpuluh-puluh katak. Diantara katak-katak tersebut ada satu anak katak yang bernama Kenthus, dia adalah anak katak yang paling besar dan kuat. Karena kelebihannya itu, Kenthus menjadi sangat sombong. Dia merasa kalau tidak ada anak katak lainnya yang dapat mengalahkannya.

Sebenarnya kakak Kenthus sudah sering menasehati agar Kentus tidak bersikap sombong pada teman-temannya yang lain. Tetapi nasehat kakaknya tersebut tidak pernah dihiraukannya. Hal ini yang menyebabkan teman-temannya mulai menghindarinya, hingga Kenthus tidak mempunyai teman bermain lagi.

Pada suatu pagi, Kenthus berlatih melompat di padang rumput. Ketika itu juga ada seekor anak lembu yang sedang bermain di situ. Sesekali, anak lembu itu mendekati ibunya untuk menyedot susu. Anak lembu itu gembira sekali, dia berlari-lari sambil sesekali menyenggok rumput yang segar. Secara tidak sengaja, lidah anak sapi yang dijulurkan terkena tubuh si Kenthus.

"Huh, berani makhluk ini mengusikku," kata Kenthus dengan perasaan marah sambil coba menjauhi anak lembu itu. Sebenarnya anak lembu itu pula tidak berniat untuk mengganggunya. Kebetulan pergerakannya sama dengan Kenthus sehingga menyebabkan Khentus menjadi cemas dan melompat dengan segera untuk menyelamatkan diri.

Sambil terengah-engah, Kenthus sampai di tepi kolam. Melihat Kenthus yang kelihatan sangat capek, kawan-kawannya nampak sangat heran. "Hai Khentus, mengapa kamu terengah-engah, mukamu juga kelihatan sangat pucat sekali,” Tanya teman-temannya.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya cemas saja. Lihatlah di tengah padang rumput itu. Aku tidak tahu makhluk apa itu, tetapi makhluk itu sangat sombong. Makhluk itu hendak menelan aku." Kata Kenthus..

Kakaknya yang baru tiba di situ menjelaskan. " Makhluk itu anak lembu. sepengetahuan kakak, anak lembu tidak jahat. Mereka memang biasa dilepaskan di padang rumput ini setiap pagi."

"Tidak jahat? Kenapa kakak bias bilang seperti itu? Saya hampir-hampir ditelannya tadi," kata Kenthus. "Ah, tidak mungkin. Lembu tidak makan katak atau ikan tetapi hanya rumput." Jelas kakaknya lagi.

"Saya tidak percaya kakak. Tadi, aku dikejarnnya dan hampir ditendang olehnya." Celah Kenthus. "Wahai kawan-kawan, aku sebenarnya bisa melawannya dengan mengembungkan diriku," Kata Kenthus dengan bangga.

" Lawan saja Kenthus! Kamu tentu menang," teriak anak-anak katak beramai-ramai.

"Sudahlah Kenthus. Kamu tidak akan dapat menandingi lembu itu. Perbuatan kamu berbahaya. Hentikan!" kata Kakak Kenthus berulang kali tetapi Kenthus tidak mempedulikan nasehat kakaknya. Kenthus terus mengembungkan dirinya, karena dorongan dari teman-temannya. Sebenarnya, mereka sengaja hendak memberi pelajaran pada Kenthus yang sombong itu.

"Sedikit lagi Kenthus. Teruskan!" Begitulah yang diteriakkan oleh kawan-kawan Kenthus. Setelah perut Kenthus menggembung dengan sangat besar, tiba-tiba Kenthus jatuh lemas. Perutnya sangat sakit dan perlahan-lahan dikempiskannya. Melihat keadaan adiknya yang lemas, kakak Kenthus lalu membantu.

Mujurlah Kenthus tidak apa-apa. Dia sembuh seperti sedia kala tetapi sikapnya telah banyak berubah. Dia malu dan kesal dengan sikapnya yang sombong.

Dahulu kala, ada sebuah taman yang sangat luas dan cantik, milik seorang raksasa. Taman itu sangat indah dengan rumput yang hijau dan lembut, bunga-bunga yang cantik, dan puluhan pohon yang berbuah lebat.

Setiap siang, anak-anak masuk ke dalam taman itu untuk bermain dan mendengarkan burung-burung berkicau merdu dari pohon-pohon.
Raksasa sedang pergi selama 5 tahun mengunjungi keluarganya di negeri lain. Sekarang, dia kembali ke rumahnya, sebuah rumah yang sangat besar dengan taman di depannya. Saat tiba di taman, ia melihat anak-anak sedang bermain disana. Raksasa lalu memarahi mereka, “Apa yang kalian lakukan disini? Pergi! Ini taman milikku!” Anak-anak yang ketakutan berlari meninggalkan taman itu.
Karena tidak ingin ada orang lain yang ikut menikmati keindahan tamannya lagi, raksasa lalu membangun tembok yang tinggi mengelilingi taman itu, dan memadang tulisan “Yang masuk tanpa ijin akan dihukum!” Anak-anak kehilangan taman itu. Sesekali mereka memanjat dan melongok melewati tembok yang tinggi, memandangi taman itu dan dengan sedihnya membicarakan permainan-permainan yang dulu mereka lakukan disana.
Hari demi hari berlalu. Bunga-bunga di taman itu tidak lagi bermekaran. Burung-burung tidak lagi berkicau dan pohon-pohon berhenti berbuah. Rumput dan daun-daun yang dulunya subur dan hijau kini menjadi kering dan berwarna coklat. Raksasa tidak mengerti mengapa taman miliknya menjadi tidak indah lagi.
Pada suatu pagi, raksasa mendengar suara musik yang mengalun. Ternyata itu adalah suara kicauan burung di luar jendelanya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia mendengar kicauan burung yang indah seperti itu.
Raksasa mendekat ke jendela dan mendengarkan kicauan burung itu dengan sedih. “Apa yang terjadi dengan tamanku? Aku berharap tamanku bisa menjadi indah seperti dulu, dengan burung-burung yang berkicau merdu seperti kamu.” kata raksasa kepada burung itu. Burung itu terbang mendekati raksasa dan berkata “Tamanmu tidak akan sama lagi tanpa kehadiran anak-anak itu. Tamanmu merindukan gelak tawa dan suara anak-anak yang riang. Pohon, bunga-bunga, rumput, dan kami para burung menginginkan kehadiran anak-anak yang menjadikan tempat ini kembali penuh keceriaan.”

DONGENG 1 ( SHIO BINATANG )

Dongeng asal mula 12 shio binatang

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang dewa. Pada tanggal 31 Desember pagi sebelum tahun baru, Sang Dewa menulis surat kepada binatang2 diseluruh negeri. Angin lalu menyebarkan surat-surat itu ke seluruh negeri.

Dalam sekejap, para binatang menerima surat2 itu, yang isinya seperti ini:
"Besok pagi di Tahun Baru, aku akan memilih binatang yang paling dahulu datang kesini, dari nomor satu sampai dengan nomor duabelas. Lalu, setiap tahun aku akan mengangkat satu-persatu dari mereka sebagai Jenderal berdasarkan urutan". Tertanda, Dewa.

Para bintang sangat bersemangat dan tertarik dengan hal itu. Mereka sangat ingin menjadi Jenderal. Tetapi, ada seekor binatang yang tidak membaca surat semacam ini, yaitu Kucing yang suka bersantai dan tidur. Ia hanya mendengar berita ini dari Tikus. Tikus yang licik menipunya dan memberitahu bahwa mereka harus berkumpul di tempat Dewa lusa tanggal 2 Januari, padahal seharusnya mereka berkumpul besok pagi tanggal 1 Januari.

Semua binatang bersemangat dan memikirkan tentang kemenangan, dan mereka semua tidur cepat. Hanya Sapi yang langsung berangkat malam itu juga, karena ia sadar bahwa ia hanya dapat berjalan lambat. Tikus yang licik melihatnya lalu meloncat dan menumpang di punggung Sapi, tapi Sapi tidak menyadari hal itu.

Pagi harinya, saat hari masih gelap, Anjing, Monyet, Babi Hutan, Harimau, Naga, Ular, Kelinci, Ayam, Domba dan Kuda semuanya berangkat berlari menuju ketempat Sang Dewa.

Saat matahari mulai terbit, yang pertama kali sampai di tampat tinggal Dewa adalah...Sapi. Tapi kemudian Tikus melompat kedepan dan mendarat tepat dihadapan Dewa. Maka Tikus pun menjadi yang pertama.

Selamat Tahun Baru Dewa...kata Tikus kepada Dewa.

Sapi pun menangis karena kecewa menjadi urutan ke dua.

Di belakang mereka, tibalah Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Domba, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi Hutan datang berurutan. Dengan demikian mereka ditetapkan sebagai pemenang satu sampai dengan duabelas sesuai dengan urutan kedatangannya.
Duabelas ekor binatang ini kemudian disebut dengan 12 Shio Bintang.

Para binatang itu merayakan kemenangan dan berpesta pora sambil mengelilingi Sang Dewa. Lalu, kucing datang dengan wajah yang sangat marah. Ia mencari Tikus yang telah menipunya sehingga ia datang terlambat. Kucing pun berlari mengejar Tikus kesana kemari.

Sejak itu mulailah era Duabelas Shio Binatang, dimulai dari yang pertama tahun Tikus, lalu Sapi, kemudian Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Domba, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi Hutan.

Kucing yang tidak berhasil masuk kedalam Dua belas Shio Binatang sampai sekarang masih mengejar Tikus kesana kemari karena telah ditipu.

PUISI

PRAJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

MALAM

Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
--Thermopylae?-
- jagal tidak dikenal ? -
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang

Zaman Baru,
No. 11-12
20-30 Agustus 1957
KRAWANG-BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

(1948)
Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957


DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

(Februari 1943)
Budaya,
Th III, No. 8
Agustus 1954

PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

(1948)

Liberty,
Jilid 7, No 297,
1954
________________________________________
Thursday, April 03, 2003
Posted 6:01 AM by camar
AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943
Posted 6:01 AM by camar
PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret 1943
Posted 5:59 AM by camar

HAMPA

kepada sri

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Posted 5:59 AM by camar
DOA

kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943
Posted 5:58 AM by camar
SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...
Posted 5:58 AM by camar
SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946 Posted 5:58 AM by camar
CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

1946 Posted 5:57 AM by camar

MALAM DI PEGUNUNGAN
Aku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
1947 Posted 5:57 AM by camar
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin

aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
1949Posted 5:53 AM by camar
DERAI DERAI CEMARA

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

Rabu, 25 November 2009

ENGLISH SPEECH SCIENCE AND RELIGION

SCIENCE AND RELIGION

The wiseword said: science without religion is blind, and religion without science is lame”.
We have to study and practice both religion and science, because if we only look for science but ignore religion, our live will have no meaning at all, we are like the blind people though we have eyes. Accordingly, we don’t know what I permissible and what is harm to eat and to drink, and we don’t know what is the compulsory and what is forbidden to do.
On the other hand, if we only emphasize on the religion by ignoring science, our actions of course will be nonsense, we are like the lame people who can not make progress and development in the world, because we are stupid and just waiting for the death.
Therefore we are to study and practice both religion and science until we can live comfortably in tehe world as well as in the hereafter.
Let’s pray to allah the beneficent, the merciful so that he will give us happiness in the world and hereafter and save us from the hell.
Our lord ! give into us in the world that which is good and in the hereafter that which is good, and guard us from the doom of fire ( al baqoroh 201 )

CLOSING SPEECH

I think enough here my speech. If you find mistake I apologize. Thank you very much for your attention. I wish you success and prosperity. Your success is not yours alone. It is the success of islam over islam’s enemies.
May allah almighty continue to cover this blessed meeting with his mercy and protection and make easy the path of islamic awareness and realizations for the moslem and other who may come to accept this light as well. May allah help us all and crown our effort with unlimited success. Good bye. Good luck and so long.
wassalam

OPENING SPEECH 1

IN THE NAME OF ALLAH THE COMPASSIONATE THE MERCIFUL
All praises is due to allah, the lord of the world. The master and the creator of everything in the universe.the destroyer of all oppressors and the hope of the oppressed, for enabling us to meet together in the simple but peaceful place.
Peace and salution be upon to the noble prophet of islam, Muhammad SAW and his household. His companions and his faithful follower who strive in allah’s religion of islam.
I express my gratitude from the bottom of my heart to the master ceremony for giving me valuable change so that I can speak in front of you all. I take this great opportunity to deliver a speech under the title ……………….

ENGLISH SPEECH TEXT

LOOKING FOR SCIENCE
DEAR BROTHER AND SISTER, LADIES AND GENTLEMENT
ASSALAMUALIAKUM WR WB
First of all, let’s thank GOD the almighty who has been giving us his mercies and blessings until we can attend this meeting without any obstacle in this place and time.
Secondly, may salawat and be with our prophet Muhammad peace be upon him, who has guided us from the darkness to the enlightenment in the world as well as in the next world.
Thirdly, I’ll never forget to mr chairman who has given me opportunity to deliver a speech in front of the public.
Standing in front of you all, I would like to present my speech under the title of LOOKING FOR SCIENCE
Our prophet peace be upon him said: the acquisition of knowledge is a duty incumbent on every moslem, male and female.
According to the above hadits, we are obliged to seek knowledge and science. Because science is very important to our life. With science we can conquer all creatures in the world, such as a big mountains, giant trees, fierce animals and so on. We can collect various animal in the zoo, we can fly faster than any kind of birds when we get on the aeroplane.
Reason is the capital to look for science, the other creatures like animals plants and things have no reason, therefore they are unable to look for science. Accordingly if we don’t utilize our capital of reason to look for science as much as possible, it is very pity.
If we have no science, we are the same as the other creatures even worse than they are. But if we have science we will be the best creatures in the world.
It is possible for us to get science without doing anything. To get the science, we must study hard wherever and whenever we are.
If it is necessary please study abroad like in china or in other foreign countries. And there is no limitation of time to study. Our prophet has said also, “ seek knowledge from the cradle to the grave”.
That’s all for the time being. It hoped that you understood my speech well.
Finally, I would like you to forgive my fault if any. I am afraid I can not find the suitable words how to thank for your full attention. May the almighty bestow on us his endless blessings for this faithful activity.
WASSAAMUALAIKUM WR WB

Sabtu, 14 November 2009

PENDIDIKAN DAN ARSITEK INDONESIA SIAPA YANG SALAH??????


Pendidikan secara umum yang dipandu oleh Departemen Pendidikan di Indonesia memang sangat membingungkan. Mulai dari pendidikan dasar sampai tingkat paska sarjana. Visi dan Misi dari sistem pendidikan yang terus berganti dan tidak pernah menjadi jelas akan dibawa kemana menjadikan pendidikan di Indonesia sangat mahal untuk yang ingin mendapatkan kualitas dalam pendidikannya. Hal ini otomatis membawa akibat kepada semua disiplin ilmu dalam pendidikan di Indonesia.
Kebingungan dalam pendidikan ini muncul juga dalam pendidikan arsitektur. Panduan yang digariskan dari Departemen Pendidikan dan alur yang muncul dalam profesi arsitek selama bertahun-tahun sudah berakibat pada terjadinya jurang yang mendalam dan melebar. Pernyataan klasik yang muncul adalah `lulusannya tidak siap untuk bekerja’. Lalu ditambah dengan pernyataan lain `kalau lulusan dari luar negeri mereka lebih siap bekerja’. Ini yang kemudian membuat banyak siswa dan orang tua siswa berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di luar negeri demi pendidikan yang `kabarnya’ lebih baik.
Apa yang menjadi hambatan pendidikan di Indonesia untuk menjadi lebih baik? Kenapa lulusannya tidak siap bekerja? Kenapa lulusan dari luar negeri lebih siap bekerja?
Saya melihat kepada kurikulum dan matapelajaran yang ditawarkan di Indonesia dari SD sampai Universitas. Menurut saya tidak ada yang salah dan kalaupun ada perbedaan hanya sedikit dan tidak terlalu penting untuk dikategorikan sebagai gagalnya system pendidikan di Indonesia. Ahli2 paedagogi akan bisa lebih dalam membahas hal ini daripada seorang arsitek seperti saya. Tidak terlalu penting karena menurut saya apapun system yang akan dianut – Cambridge, DC, Oxford dll – semua sama bagusnya. Persoalannya kenapa sistemnya menjadi gagal? Sementara di Negara asal telah terbukti menghasilkan banyak ahli yang handal.
Menurut saya yang menggagalkan sistem tersebut bukan Departemen `Bingung’ Pendidikan tapi `budaya bingung nusantara’ yang menggagalkan semua sistem yang dicoba diterapkan di Republik tercinta ini. `Budaya bingung nusantara’ ini merepotkan sekali. Karena hal ini berurat dan berakar di tanah air (menurut saya) sebagai akibat munculnya kolonialisme Belanda selama 350 tahun. Perubahan budaya dan cara berfikir yang dididik oleh sistem kolonialisme ini sangat terasa menjadikan masyarakat Indonesia menjadi `Bingung Budaya dan ber Budaya Bingung’.
Saya tidak suka membahas suatu masalah tanpa diusahakan mencari jalan keluarnya. Jadi kalau kita ini semua adalah produk pendidikan kolonial belanda yang kemudian mendadak merdeka lalu menjadi masyarakat bingung budaya terus bagaimana caranya memperbaiki kebingungan ini? Caranya, dengan pendidikan. Loh? Tapi pendidikannya kan sudah bingung? Bukan pendidikannya yang bingung; yang bingung itu budaya manusianya. Jadi perubahan pendidikan itu dimana? Pendidikan yang harus dirubah adalah pendidikan manusianya. Pendidikan keahlian manusianya bagaimana? Perlu disesuaikan dengan standar-standar internasional tapi bukan merupakan hal yang sulit. Pendidikan untuk merubah manusianya itu adalah revolusi.
Revolusi? Yes. Revolusi pembebasan pemikiran manusia yang terjajah kolonialisme selama 350tahun. Bukannya kita sudah merdeka? Secara hukum benar kita merdeka. Tetapi secara budaya kita belum merdeka.
Bukti dari penjajahan budaya kolonialisme dalam budaya Indonesia contohnya: takut untuk duduk sejajar dengan klien dengan alasan bahwa klien adalah raja. Lalu kenapa arsitek asing berani duduk sejajar dengan klien dan berani mengatakan tidak pada kliennya? Ini adalah budaya strata masyarakat yang diciptakan oleh kolonialisme. Pertama segregasi karena priyayi atau non-priyayi; lalu segregasi karena ada uang dan tidak ada uang; lalu segregasi karena kulit putih dan kulit tidak putih. Segregasi ini memang dimanapun juga (termasuk Negara barat) masih terjadi hanya semakin tipis bedanya. Buktinya setelah melalui ratusan tahun akhirnya baru tahun ini USA memilih Obama sebagai presidennya dengan perjuangan yang luar biasa.
Lalu ada budaya; mohon doa restu dalam segala hal sehingga menjadikan tidak ada yang mempunyai pendapat atau berpendapat atau mempertanyakan pendapat dari para priyayi, pemilik uang atau kulit putih. Jarang sekali arsitek Indonesia mempertanyakan pendapat klien dan klien juga jarang mau mempertanyakan pendapat arsitek asing. Hasilnya arsitek Indonesia itu mohon doa restu dari klien; kalau klien mohon doa restunya dari arsitek asing. Akibat lainnya dari tidak adanya budaya mengemukakan pendapat ini; masyarakat menjadi hidup tanpa mempunyai budaya bertukar pendapat, berdiskusi dan silang pendapat yang sehat. Dalam sejarah kalau diperhatikan di propinsi2 dimana budaya berdiskusi antar tetua kampung dan masyarakatnya sangat kuat maka Belanda sulit menaklukkan daerah itu. Sekarang ini seringkali diskusi dan silang pendapat itu dianggap menjadi hal yang tidak sopan. Mempertanyakan pendapat orang lain secara terbuka dianggap menjadi penghinaan. Budaya kritik dan silang pendapat secara edukatif tidak pernah berhasil dijalankan karena budaya kolonialisme menjadikan manusianya tidak bisa menerima kritik dan silang pendapat. Budaya diskusi menjadi ajang untuk adu menang dan kalah untuk menunjukkan supremasi (kuasa) dan kekuasaan (control) bukan untuk: mencari wawasan baru; mengerti sudut pandang yang berbeda; setuju untuk tidak setuju; berbeda jalan untuk menuju tujuan akhir yang sama dan hal2 lainnya yang lebih bermanfaat. Hal ini adalah salah satu kelebihan dari sekolah di luar negeri. Budaya diskusi dan silang pendapatnya sangat matang.
Keadaan yang paling berat yang dialami oleh budaya di Indonesia yang berakibat besar pada arsitek2 adalah masalah kebebasan berfikir (menurut saya). Pemikiran yang diarahkan oleh dogma2 (apapun juga) sedemikian mencekam dibudaya masyarakat Indonesia, sehingga berakibat manusianya tidak berani keluar dari dogma2 tersebut. Budaya takut (fear) kepada dogma2 ini juga diajarkan oleh kolonialisme dengan tujuan untuk mempermudah penguasaan (control). Akibatnya di arsitektur adalah: ketidak mampuan arsitek Indonesia untuk menabrak dan mempertanyakan ide2 dan kehilangan ide2 dan keberanian untuk `think outside the box’. Ini juga merupakan salah satu kunci perbedaan ide2 arsitek asing dan Indonesia.
Semuanya itu otomatis berakibat besar pada kualitas akhir yang muncul dari arsitek Indonesia. Jadi kenapa sekolah diluar negeri hasilnya lebih siap untuk bekerja. Karena disana siswanya harus hidup dengan budaya yang berani bertanya, berani berfikir, berani mengajukan pendapat dan berani bersilang pendapat. Bagaimana dengan kemampuan teknisnya? Bukannya mereka juga lebih baik? Ya, memang betul; karena kemampuan teknis yang lebih baik itu muncul karena siswa2 tersebut terbiasa untuk mempertanggung jawabkan pendapatnya sehingga penguasaan dalam hal2 teknis adalah suatu keharusan yang muncul dari dalam dirinya sebagai bentuk pertanggung jawaban atas pendapat dan keputusan2nya. Bukan karena peralatan teknis dan dogma2.
Jadi sebenarnya masih relevankah membahas jurang antara pendidikan dan profesi? Pendidikan perlu ‘revolusi pendidikan’ dan profesi perlu ‘revolusi budaya’. Kalau kita memang ingin mengarahkan telunjuk ke kamb

EDUCATION IS NOT A LUXURY AT INDONESIA CHARITY SCHOOL


JAKARTA, March 3 (Reuters Life!) - In a country where an education is often out of reach for thousands of impoverished children, the Kartini Emergency School in Indonesia is proving to be an exception.
Amid the poverty and grime, 59-year-old twin sisters Sri Rossyati and Sri Irianingsih have opened the free school where their 550 students receive not only an education, but meals, a uniform, shoes, pencils and books, things that many children in Indonesia cannot afford or take for granted.

The school, a ramshackle collection of tables, chairs and whiteboards, is found by following the train line to the slums of Jakarta's Kota district, where dogs pick at rubbish piles and emaciated labourers wait outside warehouses for work.

"For some of these kids, this is their only meal of the day. And if they can't eat, they can't learn," says Sri Rossyati, whose students range in age from five to 18.

"They may be poor but they needn't be ignorant."

Officially, state schools are free in Indonesia, a nation of 226 million people where millions live on less than $2 a day.

However, many schools charge unofficial fees when government subsidies are not enough to cover the cost of operations.

"Parents also have to pay for shoes, writing materials and transport," said Pujiawati, an education campaigner at Indonesian non-governmental organisation, Voice of Concerned Mothers.

The cost means many can only afford the most basic schooling, while the standard of education is often poor, she added.

Official figures show that in 2007, 97 percent of children under 12 attended school, but only 54 percent under 18 did.

"Many children can read, but with great difficulty," said Pujiawati, who like many Indonesians goes by one name.

SCHOOL FOR ALL

The twins felt they could do something about the poor state of the education system using their own money. They have set up 76 schools across Indonesia, including in far-flung villages.

The Jakarta school costs the twins 20 million rupiah ($1,700) a month to run. First located under a bridge, it has been moved by the authorities five times but has found a permanent home in the railyards at Kota.

Some teachers are paid salaries, but others volunteer, such as Muhamad Anang, who got his education thanks to the twins.

"I graduated from this school and came back to teach and to show my appreciation. I was lucky to come to this school," the 20-year-old said.

Others among the Kota school's 2,000 graduates have gone on to find work as policemen, teachers, soldiers, doctors and chefs, said Sri Irianingsih.

Next to the school are the dilapidated homes of many of the students' families, erected along the railway track and not far from a stinking canal.

Sri Marwanti, who lives in one of these homes, says that if it wasn't for Kartini Emergency School, her four-year-old son would not get an education.

"The other schools have expensive books but at this school, they even give him milk so he can grow up strong," she said.

Marhayati, 15, one of the students, agrees.

"I come here because I can't pay to go to another school. And here, the food and materials are included," she said.

"The twins just want us to succeed."

khalil ghibran

Part One


The power of charity sows deep in my heart, and I reap and gather the wheat in bundles and give them to the hungry.

My soul gives life to the grapevine and I press its bunches and give the juice to the thirsty.

Heaven fills my lamp with oil and I place it at my window to direct the stranger through the dark.

I do all these things because I live in them; and if destiny should tie my hands and prevent me from so doing, then death would be my only desire. For I am a poet, and if I cannot give, I shall refuse to receive.

Humanity rages like a tempest, but I sigh in silence for I know the storm must pass away while a sigh goes to God.

Human kinds cling to earthly things, but I seek ever to embrace the torch of love so it will purify me by its fire and sear inhumanity from my heart.

Substantial things deaden a man without suffering; love awakens him with enlivening pains.

Humans are divided into different clans and tribes, and belong to countries and towns. But I find myself a stranger to all communities and belong to no settlement. The universe is my country and the human family is my tribe.

Men are weak, and it is sad that they divide amongst themselves. The world is narrow and it is unwise to cleave it into kingdoms, empires, and provinces.

Human kinds unite themselves one to destroy the temples of the soul, and they join hands to build edifices for earthly bodies. I stand alone listening to the voice of hope in my deep self saying, "As love enlivens a man's heart with pain, so ignorance teaches him the way of knowledge." Pain and ignorance lead to great joy and knowledge because the Supreme Being has created nothing vain under the sun.



Part Two


I have a yearning for my beautiful country, and I love its people because of their misery. But if my people rose, stimulated by plunder and motivated by what they call "patriotic spirit" to murder, and invaded my neighbor's country, then upon the committing of any human atrocity I would hate my people and my country.

I sing the praise of my birthplace and long to see the home of my children; but if the people in that home refused to shelter and feed the needy wayfarer, I would convert my praise into anger and my longing to forgetfulness. My inner voice would say, "The house that does not comfort the need is worthy of naught by destruction."

I love my native village with some of my love for my country; and I love my country with part of my love for the earth, all of which is my country; and I love the earth will all of myself because it is the haven of humanity, the manifest spirit of God.

Humanity is the spirit of the Supreme Being on earth, and that humanity is standing amidst ruins, hiding its nakedness behind tattered rags, shedding tears upon hollow cheeks, and calling for its children with pitiful voice. But the children are busy singing their clan's anthem; they are busy sharpening the swords and cannot hear the cry of their mothers.

Humanity appeals to its people but they listen not. Were one to listen, and console a mother by wiping her tears, other would say, "He is weak, affected by sentiment."

Humanity is the spirit of the Supreme Being on earth, and that Supreme Being preaches love and good-will. But the people ridicule such teachings. The Nazarene Jesus listened, and crucifixion was his lot; Socrates heard the voice and followed it, and he too fell victim in body. The followers of The Nazarene and Socrates are the followers of Deity, and since people will not kill them, they deride them, saying, "Ridicule is more bitter than killing."

Jerusalem could not kill The Nazarene, nor Athens Socrates; they are living yet and shall live eternally. Ridicule cannot triumph over the followers of Deity. They live and grow forever.



Part Three


Thou art my brother because you are a human, and we both are sons of one Holy Spirit; we are equal and made of the same earth.

You are here as my companion along the path of life, and my aid in understanding the meaning of hidden Truth. You are a human, and, that fact sufficing, I love you as a brother. You may speak of me as you choose, for Tomorrow shall take you away and will use your talk as evidence for his judgment, and you shall receive justice.

You may deprive me of whatever I possess, for my greed instigated the amassing of wealth and you are entitled to my lot if it will satisfy you.

You may do unto me whatever you wish, but you shall not be able to touch my Truth.

You may shed my blood and burn my body, but you cannot kill or hurt my spirit.

You may tie my hands with chains and my feet with shackles, and put me in the dark prison, but who shall not enslave my thinking, for it is free, like the breeze in the spacious sky.

You are my brother and I love you. I love you worshipping in your church, kneeling in your temple, and praying in your mosque. You and I and all are children of one religion, for the varied paths of religion are but the fingers of the loving hand of the Supreme Being, extended to all, offering completeness of spirit to all, anxious to receive all.

I love you for your Truth, derived from your knowledge; that Truth which I cannot see because of my ignorance. But I respect it as a divine thing, for it is the deed of the spirit. Your Truth shall meet my Truth in the coming world and blend together like the fragrance of flowers and becoming one whole and eternal Truth, perpetuating and living in the eternity of Love and Beauty.

I love you because you are weak before the strong oppressor, and poor before the greedy rich. For these reasons I shed tears and comfort you; and from behind my tears I see you embraced in the arms of Justice, smiling and forgiving your persecutors. You are my brother and I love you.



Part Four


You are my brother, but why are you quarreling with me? Why do you invade my country and try to subjugate me for the sake of pleasing those who are seeking glory and authority?

Why do you leave your wife and children and follow Death to the distant land for the sake of those who buy glory with your blood, and high honor with your mother's tears?

Is it an honor for a man to kill his brother man? If you deem it an honor, let it be an act of worship, and erect a temple to Cain who slew his brother Abel.

Is self-preservation the first law of Nature? Why, then, does Greed urge you to self-sacrifice in order only to achieve his aim in hurting your brothers? Beware, my brother, of the leader who says, "Love of existence obliges us to deprive the people of their rights!" I say unto you but this: protecting others' rights is the noblest and most beautiful human act; if my existence requires that I kill others, then death is more honorable to me, and if I cannot find someone to kill me for the protection of my honor, I will not hesitate to take my life by my own hands for the sake of Eternity before Eternity comes.

Selfishness, my brother, is the cause of blind superiority, and superiority creates clanship, and clanship creates authority which leads to discord and subjugation.

The soul believes in the power of knowledge and justice over dark ignorance; it denies the authority that supplies the swords to defend and strengthen ignorance and oppression - that authority which destroyed Babylon and shook the foundation of Jerusalem and left Rome in ruins. It is that which made people call criminals great mean; made writers respect their names; made historians relate the stories of their inhumanity in manner of praise.

The only authority I obey is the knowledge of guarding and acquiescing in the Natural Law of Justice.

What justice does authority display when it kills the killer? When it imprisons the robber? When it descends on a neighborhood country and slays its people? What does justice think of the authority under which a killer punishes the one who kills, and a thief sentences the one who steals?

You are my brother, and I love you; and Love is justice with its full intensity and dignity. If justice did not support my love for you, regardless of your tribe and community, I would be a deceiver concealing the ugliness of selfishness behind the outer garment of pure love.



Conclusion


My soul is my friend who consoles me in misery and distress of life. He who does not befriend his soul is an enemy of humanity, and he who does not find human guidance within himself will perish desperately. Life emerges from within, and derives not from environs.

I came to say a word and I shall say it now. But if death prevents its uttering, it will be said tomorrow, for tomorrow never leaves a secret in the book of eternity.

I came to live in the glory of love and the light of beauty, which are the reflections of God. I am here living, and the people are unable to exile me from the domain of life for they know I will live in death. If they pluck my eyes I will hearken to the murmers of love and the songs of beauty.

If they close my ears I will enjoy the touch of the breeze mixed with the incebse of love and the fragrance of beauty.

If they place me in a vacuum, I will live together with my soul, the child of love and beauty.

I came here to be for all and with all, and what I do today in my solitude will be echoed by tomorrow to the people.

What I say now with one heart will be said tomorrow by many hearts

INDONESIA NEEDS FOCUS MANAGEMENT EDUCATION SYSTEM

Creativity will lead to growth and a more robust economy, President Susilo Bambang Yudhoyono said on Thursday as he called for an overhaul of the education system to focus more on developing graduates who are innovators and entrepreneurs.

Speaking at the opening of the National Summit in Jakarta, Yudhoyono said the current system churned out students who were passive receivers of information, not active participants in their education.

“In [such a system],” the president said, “the students’ passion for innovation, creativity and entrepreneurship will not grow.”

He called for a national education system that emphasized case studies and problem-solving so that job seekers would become job providers.

After the opening of the summit, the new minister for national education, Mohammad Nuh, said the system could be changed, but was hesitant to say how. Nuh said that Indonesian education, “its methodology, content, management and so forth, is in need of reform. But we must make sure that these changes will not burden the people.”

He said that since he had just taken over the portfolio, he would first map out the problems and plan steps that the ministry could take.

“I certainly welcome any input,” Nuh said. “But we have to wait for the new school year. I need to see where the flaws lie.”

Meanwhile, Achmad Dasuki, who oversees the teaching profession at the ministry, said that over the next five years, 737,000 new teachers would be added to the civil service.

He said that 300,000 would be hired from among new graduates to replace teachers who retired. The others would be current contract teachers who would be given permanent status.

“We are going to work on the number gradually,” Achmad said. “You should remember that not all nonpermanent teachers will be directly taken on. We are going to appoint only those who meet our qualifications.’’

He added that the ministry was trying to upgrade the profession and eliminate contract employees with substandard qualifications. Currently, schools are allowed to hire contract teachers independently.

‘‘But starting in 2011, candidates without a certificate, or those who do not have a professional education, will not be appointed as permanent teachers,’’ Achmad said.

TETAPLAH TERSENYUM

Tetaplah tersenyum, maka kau akan tetap optimis. Itulah prinsip yang selama ini saya pegang dalam mengaruni perjalanan hidup ini. Saya yakin, dengan tersenyum maka saya bisa menjadi kuat, walaupun berbagai permasalahan datang menghampiri.
Dunia ini gudang permasalahan. Segala permasalahan itu menjadi cobaan bagi manusia. Oleh karena itu, kita harus kuat menghadapi cobaan. Kita harus mampu menghadapinya (dan pasti kita mampu, tuhan telah menjanjikannya). Lalu, apakah segala cobaan itu harus dihadapi dengan muka masam? Oh tidak! Permasalahan itu harus dihadapi. Muka masam hanya akan memperkeruh suasana. Muka masam hanya akan menghadiahkan permasalahan baru, muka masam hanya akan menjauhkan diri dari solusi-solusi yang seharusnya kita dapatkan. Muka masam tidak dapat memberikan solusi yang baik. Malahan muka masam hanya akan menambah kesedihan di dalam hati.
Jadi, ituhal pentingnya senyum. Muka masam hanya memberikan masalah, tetapi senyum dapat memberikan solusi. Senyum bisa menyejukkan hari yang mendung, muka senyum membangkitkan kekuatan di dalam jiwa. Senyuman memberikan ide-ide segar dan memberikan pemikiran ampuh dalam memecahkan masalah. Muka masam haya akan memperlihatkan masa lalu yang kelam, tetapi senyumam menampilkan masa depan yang gemilang.
Tersenyumlah, walaupun berjuta masalah ada di hadapanmu. Tetaplah tersenyum!. Tidak peduli apa kata orang, karena senyum adalah lambang optimisme. Tidak salah Mbah Surip disenangi oleh orang banyak, karena senyumannya yang ramah seakan tak ada masalah :). I love you full!

NYANYIAN SUKMA

Nyanyian Sukma
Di dasar relung jiwakuBergema nyanyian tanpa kata;
sebuah laguyang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia meneguk rasa kasihkudalam jubah yg nipis kainnya,
dan mengalirkan sayang,Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahayabintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahduYang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakahYang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam,Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyiDan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang beranimelagukan kidung suci Tuhan?
(Dari Kahlil Gibran - ‘Dam’ah Wa Ibtisamah’ -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)

BUAT SEPASANG MATA TAK DIKENAL

Juwita,
Kalaulah kegandrungan yang kunyatakan ini menarik perhatianmu
Atau tak berarti apa-apa bagimu
Maafkanlah aku. Namun di matamulah
Dalam lindup bayangannya, suatu petang aku bersandar istirah
Dan sebentar terhantar dalam tidur yang indah.
Dalam ketenangannya kubelai bulan dan bintang-bintang
Kuanyam kapal khayal dari kelopak-kelopak kembang
Dan kubaringkan jiwaku yang lelah di sana
Kuberi minum bibirku yang dahaga
Dan kupuaskan gairah mataku yang mendamba
Juwita,
Waktu kebetulan kita bertemu sebagai dua orang asing yang bertemu
Dukaku pun berjalan juga di jalan itu
Telanjang, tak terselubung
Dengan langkah murung…
Dan engkaulan dukaku itu
Kesedihan dan kegagalan
Kebisuan dan kekecewaan
Mengungkung penyair yang bergulat habis-habisan
Karena puisi, Juita, ialah orang asing dinegeriku
Dibunuh kekosongan dan kehampaan.
Jiwaku gemetar ketika aku melihatmu
Aku merasa tiba-tiba seakan sebuah golok mengorek ke dalam darahku
Membersihkan hatiku, mulutku
Meniarapkan aku dengan kening kotor dan tangan meminta
Dalam lindap bayangan matamu yang jelita
Juwita,
Jika tiba-tiba kita bertemu
Jika mataku memandang matamu
Yang anggun, hijau, tenggelam dalam kabut dan hujan
Jika kebetulan pula kita bertemu lagi di jalan
(Dan bukankah hanya nasib kebetulan ini)
Maka akan kucium jalan itu, kucium dua kali (Muhammad Al Fayaturi)